Di
dunia barat
Sejak timbulnya
agama-agama didunia Greco-roman,maka ahli-ahli pikir telah telah menilai agama
mereka masing masing dalam hubunganya dengan agama-agama lain. Banyaklah sudah
teori dikemukakan orang untuk menghubungkan satu agama dengan yang lainnya,
teori tentang kodrat agama, hokum-hukum yang mengenai pertumbuhan agama dan
interpretasi tentang asl-usul agama. Dr.Lehman dari universitas lund memberikan
ringkasan yang sangat baik tentang sejarah pertumbuhan ilmu agama ini.
Lama sebelum
Yesus lahir,tokoh-tokoh agama seperti Herodotus,berosos,Cicero, sallustius
menulis dengan kritis tentang agama-agama di dunia timur.penulis-penulis
Kristen apologist dalam abad pertama,seperti Aristides memang memberikan
interpretasi tentang hubungan antara agama kafir, yahudi dan kepercayaan
Kristen. Tatapi,sekalipun orang mengakui tentang benarnya apa yang uraikan itu,
namun pada dasarnya mereka itu adalah propagandis-propagandis dan pembela-pembela agama. Memang sebagaimana
kita mengetahui, penyiaran agama Kristen mengharuskan pendukung-pendukungnya
untuk menentukan sikap merka terhadap agama-agama bukan Kristen.
Clement dari
Alexandria menunjukkan sedikit pengetahuan tentang agama budha. Apabila orang
melihat kepada penulis-penulis Kristen, maka nama yang paling pertama yang
harus dicatat ialah Agustin(354-403). Dalam bukunya the City of God,ia
mengatakan bahwa agama kafir adalah merupakan perbuatan setan. Di antara
penulis-penulis lama barangkali hanya Saxo(1220) dari skandinavia dan
snorri(1241) dari Iceland-lah yang perlu dicatat disini tentang
tulisan-tulisanya soal agama-agama di eropa utara.[1]Roger bacon (1214-1294)
menulis sebuah buku besar tentang agama-agama kafir dan Islam.
Perlu dicatat
disini bahwa kira-kira dalam waktu yang sama dengan itu, Mangy khan dari monggolia
dan juga sultan akbar(1542-1605) dari india mengadakan kongres-kongres agama
yang dihadiri oleh orang-orang Yahudi,Kristen,Islam,Hindu,Budha dan sebagainya.
Barangkali kongres-kongres itu merupakan pembuka jalan bagi parlemen
agama-agama yang diadakan diChicago. Dalam waktu reformasi dan
Renaissance,Erasmus (1469-1536) menulis tentang elemen-elemen agama-agama kafir
yang terdapat pada peribadatan agama Roma Katolik dan ajaran-ajaranya.
Sejalan dengan
semangat rasionalisme,maka mulailah teori evolusi tentang asal-usul
agama,dengan menolak adanya revelation(wahyu). Buku David Hume, natural history
of religion (17570 dan buku voltair ,essay(1780) adalah kedua contoh yang
sangat menonjol. Rasionalisme jerman diawali oleh O.K muller dalam bukunya
Prolegomena Zu Einer Wissenchaftliesd Mythology(1825) dan Creuzer pada
permulaan abad ke Sembilan belas,mereka diikuti oleh schelling dan
hegel.[2]
Perkembangan
ilmu perbandingan agama dimulai oleh Max Muller kurang lebih satu abad yang
lalu. Ia mengadakan penelitian tentang
agama melalui pendekatan antropologis (pendekatan kebudayaan) artinya agama
dipandang sebagai bagian dari kebudayaan,baik wujud,ide,atau gagasan yang
dianggap sebagai system norma maupun dan nilai yang dimilki oleh anggota
masyarakat yang mengikat seluruh anggota masyarakat.sistem agama budaya itu
memberikan pola kepada seluruh tingkah laku anggota masyarakat dan
melahirkan hasil karya keagamaan yang
berupa fisik,mulai bangunan tempat ibadah seperti gereja,mesjid, pura,
kelenteng,sampai alat upacara yang sangat sederhana,seperti hioh,tasbih atau
kancing baju.
Ia juga meneliti bahasa yang digunakan oleh
pemeluk agama,menurut hasil penelitiannya,asala agama adalah mitos-mitos
tentang fenomena alam,sedangkan munculnya agama adalah kesalahan mengartikan
lafal bahasa yang dipakai untuk mengidentifikasi fenomena alam.[3] Pada tahun
1956 terbit buku pertamanya comparative
mytologi dan pada tahun 1870 menyusul diterbitkan introduction to the science
of religion. Istilah Science of Religion (ilmu agama) atau
releigionswissenchaft dimaksudkan untuk menunjukkan pemisahan ilmu baru
tersebut dari filsafat agama dan terutama dari teologi.para ahli sejarah agama
dengan senang hati memepertaruhkan
reputasi mereka sebagai bapak penemuan metode-metode penelitian baru yang
menunjukkan hasil yang lebih baik.
Setiap orang
berusaha mancari kesejajaran-kesejajaran. Ada dorongan kuat untuk mulai
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti teks-teks suci yang dalam
beberapa hal menurut berbagai macam tradisi keagamaan suku,bangsa dan
masyarakat yang berbeda-beda. Kuliah-kuliah Gifford yang menarik yang
disampaikan oleh seorang sarjana belanda Tiele antara tahun 1896-1898, dan
telah diterbitkan dengan judul Elements Of The Science Of Religion,
memperlihatkan masa transisi perkembangan ilmu perbandingan agama dari babak
pertama menuju babak kedua.
Unsur yang
spekulatif, meskipun kadang-kadang tunduk pada perhatian yang bersifat historis
,masih tetap kuat dalam perkuliahan Tiele. Unsur tersebut terlihat dari
uraiannya mengenai rangkaian evolusi, yang diketemukanya bukan saja dalam
sejarah agama tetapi juga dalam cerita ,sosiologi dan psikologi,tiga bidang
yang membantu disiplin ilmu kita.[4] Babak yang kedua lebih didominir oleh
masalah-masalah bahasa,sejarah dan bercorak positivistis. Di sini deskripsi
mengambil alih evaluasi. Norma-norma dan nilai-nilai harus dijelaskan secara
historis,psikologis dan sosiologis.
Telah banyak
usaha penting yang dilakukan guna menyelidiki agama-agama, dahulu dan
sekarang.spesialisasi dikembangkan sedemikian rupa dan obyektivitas merupakan
tuntutan yang tertinggi. Perhatian utama yang terlihat dalam mempelajari
asal-usul. Apabila kesalahan pada babak pertama adalah karena mengabaikan
hal-hal yang detail, maka kekeliruan pada babak
yang kedua justru bersumber pada penghargaan yang berlebih-lebihan
terhadap detail. Para sarjana periode awal sangat mementingkan penelitian
terhadap kesejajaran kesejajaran disertai
dengan kegilaan penemuan-penemuan baru,maka para sarjana pada babak
kedua cenderung pertama mengabaikan perbedaan-perbedaan karena menyukai
kesamaaan-kesamaan.(fajar andika).
Ketika perang
dunia pertama meletus terjadi beberapa perubahan penting. Historirisme yang
menguasai abad itu,secara berangsur mulai surut meskipun penelitian-penelitian
bahasa, sejarah,psikologis masih berlanjut dan metode posotivistis tetap
bertahan di beberapa tempat. Ernst troeltsch, yang kebanyakan orang dianggap
sebagai pembimbing dan tokoh aliran sejarah agama,secara jelas menyinggung
masalah tersebut dalam karyanya Der Historismus.
Arus sejarah
yang melarutkan setiap fenomena tidak dapat memberikan norma-norma bagi
kepercayaan dan perbuatan,padahal kehidupan tanpa norma-norma seperti itu
dirasakan bukan sebagai kehidupan yang layak. Dengan terjadinya pergantian
abad,maka filsafat dan teologi yang semula runtuh menjadi epistimologi teknis
atau penelitian sejarah,mulai bangkit kembali. Dengan demikian babak ketiga
dalam ilmu ini mulai menapak batas baru dalam filsafat. Permulaan masa baru
tersebut diwarnai oleh tiga hal: pertama,keinginan untuk mengatasi perselisihan
yang timbul akibat spesialisasi dan pembidangan yangterlalu berlebihan,melalui
suatu pandangan yang terlalau berlebihan,kedua,keinginan penetrasi yang lebih
jauh kedalaman hakekat keagamaan dan yang ketiga pembahasan masalah
epistimologi yang wujud akhirnyabersifat metafisis.[5]
Di
dunia Islam
Tidak dapat di
pungkiri di antara buku-buku tentang sejarah agama atau kitab perbandingan
agama itu ialah kitab-kitab yang dikarang oleh penulis-penulis muslim, Ali ibn
sahal rabban al tabari menulis kitabnya yang berjudul kitab al din al dawlah.
Dalam kitab itu tidaklah terdapat serangan-serangan yang tajam terhadap
agama-agama lain termasuk agama Kristen,malahan sebaliknya kitab tersebut
berisi tentang keterangan yang positif
tentang agama Kristen sebagai agama yang harus dihormati.
Apabila
bukti-bukti yang dimiliki umat islam untuk beriman kepada nabi Muhammad,ia
menyatakan adalh sama bukti yang
dimiliki oleh orang Kristen untuk beriman kepada nabi-nabi mereka,maka mereka
tidak mempunyai alas an dihadapan Allah dan kesadran mereka sendiri untuk tidak
beriman kepada nabi kita,sekaliggus mereka beriman kepada nabi-nabi mereka
sendiri.ia menerangkan tentang mu’jizat nabi Muhammad dan mu’jizat yesus,dan
menyatakan bahwa karena catatan tentang mu’jizat-mu’jizat nabi Muhammad itu
lebih dapat dipercaya maka seharusnya orang Kristen itu menerima kenabian nabi
Muhammad.(wiwin nur soleha)
Di dalam kitab
perjanjian lama juga diterangkan tentang fasal-fasal yang terdapat kitab
perjanjian lama yang berisi tentang kedatngan nabi Muhammad.[6] Selanjutnya
jelas sekali bahwa ia tidak bersikap berat sebelah dan menyatakan bahwa apabila
seorang cina atau india datang ke negeri ini mencari kebenaran,dan mereka mencari
keterangan ringkas tentang berbagai agama dan kepercayaan,maka orang yang
dating itu pasti akan memilih islam sebagai agamanya.
Dalam membahas
ilmu perbandingan agam ,kita tidak boleh melupakan nama seorang penulis muslim
terkemuka Muhammad abd karim al Syahrastani ,karanganya yang terkenal Al-milal
wal nilal,ia membagi agama sebagai berikut:Islam,ahli kitab(orang-orang yang
mempunyai kitab suci) ialah orang –orang yahudi dan nasrani,orang-orang yang
berfikir bebas dan ahli-ahli filsafat. Harus diakui bahwa dalam perkembangan
selanjutnya maka perkembangan ilmu perbandingan agama dalam dunia Islamn adalah
tidak luput dari apologi. Hal ini dikarenakan hebatnya seranga dari barat dalam
bidang agama dan kepercayaan orang-orang Islam.di antara kitab-kitab yang sedemikian
itu sifatnya aialah kitab yang membahas tentang agama-agama lain yang dasarnya
apologi(berdasar kepercayaan yang dimiliki).
Di antara
karangan-karangan dalam bidang perbandingan agama yang bersifat apologi ialah
kitab karangan rahmatullah al hindi,azhar,al-haq. Kitab ini diterbitkan untuk
pertama kalinya di india sebagai jawaban langsung terhadap kitab al miizan
al-haq yang ditulis oleh C.G.pfander,tidak boleh dilupakan juga disini tokoh
Muhammad Abduh dalam karangannya yang sifatnya apologis yang dimuat dalam kitab
al-Manar(1901).selain daripada itu masih banyak kitab yang bersifat apologis
yang ditulis oleh penulis-enulis Islam.[7]
Sebagaimana diterangkan diatas,pertumbuhan
ilmu perbandingan agama dalam Islam adalah kurang menguntungkan kalau dibandingkan
dengan pertumbuhan perbandingan agama di barat. Kitab-kitab yang orisinil yang
berisi kepercayaan-kepercayaan dan agama-agama bukan Islam yang ditulis
berdasarkan penyelidikan dan penelitian dari tangan pertama dalam abad-abad
modern ini tidak ada,Kalaupun ada adalah sedikit sekali.dengan demikian maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu perbandingan agama dalam dunia Islam belum
berkembang,system dan metodenya masih perlu dirintis.(wawan miharjo)
DAFTAR PUSTAKA
Joachim Wach.1984.Ilmu perbandingan
agama.Jakarta:Rajawali.
Dr. H.Dadang Kahmad. Metode
penelitian agama. Bandung:Pustaka setia.
H.A.Mukti Ali.1990.ilmu
perbandingan agama.Jakarta:Tinta Mas.